Manusia adalah mahluk yang memiliki keistimewaan tersendiri. Kemampuannya untuk berpikir, menggunakan indria dan semua daya nya bahkan untuk merubah dunia sesuai apa yang ia kehendaki. Demikianlah keistimewaannya yang dapat menjadi terang dunia atau bahkan sebaliknya.
Seperti yang kita ketahui, dalam ajaran Hindu terdapat 4 (empat) tahapan kehidupan manusia, yang disebut catur asrama. Dalam catur asrama diberikan penjelasan tentang beberapa fase kehidupan manusia.
Fase tersebut adalah fase brahmacari (menuntut ilmu), fase grhasta (berumah tangga), fase wanaprastha (melepas keduniawian), dan yang terakhir fase bhiksuka (melepas keduniawian total/tidak menikah). Dalam catur asrama manusia diberi pandangan tentang bagaimana ia seharusnya menjalankan kehidupannya. Dari masa kanak-kanak hingga ia beranjak dewasa dan menjadi manusia yang bijak. Di masa kanak-kanak dijelaskan bagaimana seharusnya ia berperilaku dan apa yang menjadi swadharmanya. Seorang anak seharusnya memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai keterampilan sampai ia siap menuju ke jenjang pernikahan saat ia telah cukup dewasa dan layak untuk itu.
Manusia ataupun seorang anak dilahirkan dari bersatunya seorang laki-laki dan perempuan dalam sebuah pernikahan. Hal tersebutlah yang lazim kita ketahui dalam keseharian kita. Namun, realita yang terjadi di masyarakat saat ini tidaklah seperti yang kita yakini. Banyak terjadi perbuatan amoral yang menyebabkan kelahiran seorang anak manusia di luar pernikahan. Bahkan hal tersebut sudah seperti hal yang biasa terjadi dalam dunia modern ini.
Lalu apa menurut Panaturan?
Panaturan Pasal 19 menyampaikan bahwa:
Kilen kea amun jadi kinjap tutu panjanjuri dahan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu kamasan Tambun palus hindai atun mandinun garing tarantange, sihung lalundung.
Artinya :
Melihat beberapa kejadian yang telah berlalu, sering Kameluh Putak Bulau Janjulan Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun keguguran (panjanjuri darahnya), namun masih belum juga mendapat anak keturunannya.
Dalam kitab suci Panaturan diceritakan bahwa Kameluh Putak Bulau dan Manyamei Tunggul Garing telah tinggal bersama namun dari hubungannya tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Beberapa kali ia mengandung namun selalu saja mengalami keguguran.
Hingga Ranying Hatalla Langit pun menghendaki agar mereka berdua melaksanakan pernikahan agar mendapatkan keturunan.
Ewen ndue tuh puna ilalus gawin lunuk hakaja pating, barigen hatamue bumbung, awi ewen sintung ndue dapit jeha ije manak manarantang hatamunan AKU huang pambelum Pantai Danum Kalunen ije puna ingahandak awi-KU tuntang talatah panggawie, manjadi suntu akan pambelum Pantai Danum Kalunen.
(Panaturan, Pasal 19 ayat 3)
Artinya:
Sesungguhnya mereka berdua ini adalah wujud-KU sendiri, AKU akan melaksanakan Upacara Perkawinannya agar mereka dapat memberikan keturunan serupa AKU, bagi kehidupan dunia yang AKU kehendaki, dan ini pula yang akan mereka lakukan pada kehidupan dunia nantinya.
Apa yang dimaksud keturunan serupa IA?
Tuhan YME atau Ranying Hatalla Langit merupakan IA yang Maha Segalanya. memiliki semua sifat sifat luhur atau dikenal dengan sifat kedewataan. Tidak dikuasai oleh hal-hal negatif dan tentunya selalu dalam dharma.
Maka demikianlah seharusnya manusia yang sejati, memiliki kesadaran serupa IA yang ada di dalam semua mahluk dan menyadari keutamaannya sebagai seorang manusia.
Mengapa harus melalui perkawinan baru didapat keturunan serupa IA?
Perkawinan adalah sesuatu yang sakral dan suci yang dilalui manusia. Dari sebuah perkawinan tentu diharapkan keturunan yang mulia dan juga dapat meneruskan kelangsungan hidup manusia. Sesungguhnya pernyataan dalam kitab suci Panaturan tersebut dapat kita pahami dan temui dalam kehidupan kita saat ini.
Tentu sudah tidak jarang didapati pasangan kumpul kebo yang telah tinggal bersama layaknya suami istri. Bahkan tidak jarang dari hubungan tersebut lahir anak-anak diluar pernikahan. Dari hal tersebut sudah tentu sangatlah sulit mendapatkan keturunan serupa Ranying Hatalla Langit.
mengapa?
Karena anak tersebut tumbuh dengan tidak layak. Dimaksud tidak layak karena ia tidak mendapatkan hak-haknya, baik perlindungannya secara hukum, bahkan terkadang haknya untuk berkehidupan layak dan kehidupan sosial yang sehat. Dengan status anak di luar pernikahan tentu ia tidak dapat berinteraksi dengan baik selayaknya anak pada umumnya. Bahkan juga tidak mampu mengenyam pendidikan dikarenakan ketidaksiapan finansial dari kedua orang tuanya.
Sehingga sudah tentu akan sangat sulit membentuk karakter dan keseimbangan baik secara mental maupun fisikis sang anak.
Hal tersebutlah yang sesungguhnya dianggap sebagai keturunan serupa AKU oleh Ranying Hatalla Langit. Kematangan dan kedewasaan kedua manusia untuk menuju jenjang pernikahan bukan sesuatu yang main-main karena dari sanalah wujud tanggungjawab terbesarnya bagi dunia dan Tuhan YME. Disanalah ia memulai misi besarnya dalam kehidupan. Mempersiapkan dengan matang masa depan dan kehidupan keluarganya.
"Maka dengan itu Ranying Hatalla Langit telah bersabda dalam Panaturan, bahwa sesungguhnya manusia adalah serupa IA. Memiliki kekuasaan dalam kedua tangannya serupa NYA. Manusia dapat memilih untuk memelihara atau menghancurkan"
Sumber: Panaturan, MBA-HK 2003
Tabe salamat,
BalasHapusIni adalah preview Panaturan dalam bentuk PDF. Silahkan mengeklik pranala https://drive.google.com/open?id=0B3uIOYoKiOhHMHI3VktLUEJ3bWc&authuser=0 untuk mendapatkannya. Isi formulir di goo.gl/forms/GGpEjD66AT jika ingin mengikuti perkembangan lebih lanjut.
maaf mas link untuk PDF nya tidak bisa yaa ?. trimakasih
BalasHapus