" Sangiang adalah zat suci Ranying Hatalla Langit, Dewa atau malaikat Tuhan yang bertugas membimbing manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan duniawi yang tidak kekal ini (Tim Penyusun, 2005:4)"
Demikian juga pelaksanaan Nyangiang dalam buku Maneser Panatau Tatu Hiang, Menyelami Kekayaan Leluhur karya Nila Riwut, dikatakan bahwa:
"Sangiang dalam kepercayaan Hindu Kaharingan suku Dayak Ngaju daerah Katingan dikenal sebagai salah satu saudara Raja Bunu (manusia pertama) yang mendiami Pantai Sangiang yang menjadi perantara komunikasi manusia dengan Ranying Hatalla Langit Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga proses komunikasinya dengan menggunakan media manusia terpilih yang dikenal dengan ba-sangiang. (Riwut, 2003:495-496)
Selain itu, Nyangiang disebut sebagai ritual masuknya roh-roh suci ke dalam perantara berupa orang terpilih sehingga dapat berkomunikasi dengan manusia. Dikatakan terpilih karena umat Hindu Kaharingan percaya bahwa tidak semua orang dapat menjadi media Nyangiang, hanya keturunan-keturunan tertentu yang dapat melakukannya. Adapun dalam prosesi Nyangiang tersebut orang yang dirasuki roh-roh suci tersebut menjadi tidak sadarkan diri karena tubuhnya dipergunakan sebagai media komunikasi oleh roh-roh suci yang dikenal dengan sebutan Sahur Parapah, Sangiang atau Patahu. Adapun media terpilih tersebut dikatakan memiliki jamban sangiang atau jalan sangiang sehingga ia dapat digunakan sebagai media Nyangiang (Rabiadi, wawancara 22 Maret 2013)
Adapun yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual Nyangiang dalam kehidupan umat Hindu Kaharingan adalah keyakinan bahwa Raja Bunu dan keturunannya adalah manusia yang tidak kekal dan akan mendiami kehidupan sementara di Pantai Danum Kalunen atau dunia ini. Namun, disampaikan Ranying Hatalla dalam Panaturan pasal 29 ayat 5:
"Tinai kuan Ranying Hatalla, ela bitim ngupang basule huang nahingan pahariwut rawei-Ku, tarantang aim dia memen bewei, aluh ewen te puna bagin matei, te kareh tege panarantang tambun paharim ije dia tau matei, ije akan haduanan ewen te kareh buli AKU"
Artinya:
Ranying Hatalla kembali menyebutkan; engkau jangan merasa khawatir dengan petunjuk dari-Ku, walaupun keturunanmu menjadi bagian yang mati, mereka itu akan dibantu oleh keturunan kedua saudaramu mengembalikannya menyatu kepada-KU.
Dalam keyakinan Kaharingan, manusia adalah anak keturunan dari Raja Bunu. Pada mulanya Raja Bunu memilki dua orang saudara, yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang. Dengan kehendak dan kekuasaan Ranying Hatalla Langit maka dikehendaki bahwa Raja Bunu kelak yang akan mendiami dunia atau Pantai Danum Kalunen yang tidak kekal ini.
"Raja Bunu tempun hila sanaman ije leteng, ietuh awi Ranying Hatalla ewen ndue Jatha Balawang Bulau mahaga Lewu Injam Tingang, Pantai Danum Kalunen kareh ije bagia matei"
(Panaturan, 23:23)
Artinya:
Raja Bunu mendapatkan bagian besi yang tenggelam, juga telah ditetapkan oleh Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau untuk memelihara kehidupan Dunia yang sifatnya hanya sementara.
Namun, kedua saudara Raja Bunu tersebut pula dikehendaki Ranying Hatalla agar selalu membantu saudaranya di Pantai Danum Kalunen tersebut. Sehingga dalam segala macam upacara Hindu Kaharingan termasuk ritual Nyangiang selalu ada mantra dan juga prosesi penyampaian doa kepada para Sangiang agar dapat membantu kelancaran ritual tersebut agar dapat berjalan dengan baik.
Walau terkadang, kesalahpahaman yang diakibatkan ketidaktahuan oknum-oknum tertentu menyebabkan kesalahan makna pada masyarakat tentang pengertian sesungguhnya ritual tersebut. Terkadang dikatakan bahwa umat Hindu Kaharingan memuja setan atau mahluk-mahluk halus.
Sesungguhnya, Hindu Kaharingan meyakini bahwa dalam kehidupan harus saling menghormati kepada semua mahluk. Karena, roh-roh suci pula yang menghubungkan manusia dengan Tuhan YME, ibarat dalam pemerintahan diperlukan prosedur dari jajaran paling bawah untuk menyampaikan aspirasi maupun keinginan hingga ke tingkat paling atas.
Karena, semua hal didunia ini hingga yang kasat mata itu ada bukan untuk direndahkan atau dibenci. Semua ada untuk sebuah alasan. Seperti halnya puzzle-puzzle yang saling melengkapi satu sama lain untuk menjadi utuh. Seperti disampaikan Ranying Hatalla bahwa sesunggunya semuanya harus saling mengasihi dalam persaudaraan. Dimana semua ada bukan tanpa alasan seperti Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu yang saling membantu. Tidak ada yang lebih unggul diantara lainnya. Karena keharmonisan dan keselarasan berarti semua ada dalam harmoni dalam keseimbangan.
Sumber:
Skripsi oleh: Kunti Ayu Vedanti
Upacara Nyangiang Bayar Hajat pada Umat Hindu Kaharingan di Kelurahan Tangkiling Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya, STAHN-TP :2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar