Ie Ranying Hatalla palus mukei kahain kuasae, nampaurai japa jimat tantenge, hayak auh nyahu batengkung ngaruntung langit, malentar kilat basiring hawun, Ie manmpa kakare kutak pander ewen sama hakabeken tuntang palus mubah ngabeken kea tiruk tuga itung-pitungae.
(Panaturan, 39:8)
Artinya :
Ranying Hatalla pun menjadikan kehendakNYA dengan segala kekuasaan ciptaanNYA bersama suara nyahu batengkung ngaruntung Langit, IA menjadikan bermacam-macam bahasa bagi mereka semua sekaligus membagi-bagi cara berfikir mereka.
Keberagaman dalam Kaharingan telah dipahami sejak dahulu kala. Para leluhur kita telah dapat menyadari keberagaman tersebut dengan bijaksana. Seperti yang Panaturan sampaikan. Keberagaman tersebut dikehendaki Ranying Hatalla sebagai sesuatu yang alamiah. Dimana semua hal tersebut IA hadirkan sebagai sarana penyelarasan kehidupan manusia.
Pengelempokan bukanlah hal yang membedakan dan memisahkan secara ekstrim. Namun, sebagai penyeimbang keberadaan manusia yang satu dengan lainnya. Seperti juga disampaikan dalam ayat 11:
Sana kakaren pander saritan ewen te hakabeken dia tau hakarasuk, ewen sama buli ekae, palus mananjung manggau petak mampar buang, sungei saka, tasik lumbah, bukit panjang, eka ewen mangkalewu mambelum arepe gagenep bitie.
Artinya:
Sejak bahasa mereka berbeda-beda dan tidak dapat sesuai lagi, mereka pun masing-masing pulang ke tempatnya, langsung melakukan perjalanannya untuk mencari tempat tinggalnya yang baru, di pinggir sungai-sungai, lautan yang luas, bukit tinggi, mereka membangun kampung halamannya, menjalani kehidupannya sendiri-sendiri.
Dalam ayat tersebut kembali diperjelas bahwa keberagaman tersebut pada awalnya memisahkan mereka satu sama lainnya. Mengelompokkan mereka dan menjauhkan satu sama lain. Namun, dalam perbedaan tersebut kemudian tersebarlah mereka ke berbagai pelosok dunia. Menempati tempatnya masing masing dan menjalani kehidupannya masing-masing. Menjalani tata cara yang mereka sesuaikan dengan keadaan alam dan kebiasaan yang berkembang dalam kelompoknya. Menemukan ilmu pengetahuannya masing-masing dari pengalamannya.
Hingga kemudian dari sanalah tiap manusia belajar dari keberagaman tersebut sebagai suatu kekayaan yang utuh tentang pengetahuan dunia.
Dari sanalah kemudian tumbuh toleransi dan kepedulian yang universal terhadap manusia lainnya tanpa memandang perbedaan yang ada. Karena dengan perbedaan tersebut manusia dapat belajar dan menjadi semakin dewasa.
Kemudian muncul keberagaman yang mengharmoniskan, memberikan kekaguman satu sama lain terhadap keunikan perbedaan yang mereka miliki. Asalkan masih ada satu kesadaran utama bahwa; walau sebesar apapun perbedaan yang kita miliki, kita masih sama-sama manusia yang berlindung di bawah langit yang sama dan meminta kehidupan pada satu satunya matahari di sistem tata surya ini. Sesama manusia adalah persaudaraan abadi yang bahkan tidak dapat diingkari mahluk manapun seberapapun berbedanya kita secara fisik.
"Hal yang selalu stabil dan tidak beragam tidak akan membuat manusia tumbuh menjadi lebih baik, kedewasaan didapat dari banyak hal berbeda yang ia alami dan kesadaran ia dapat dari banyak hal yang ia lihat diluar lingkarannya, karena bagai seekor katak dalam tempurung yang bahkan tidak mengetahui bahwa ia bukanlah satu satunya katak yang ada di dunia ini. Hingga ia menjadikan dirinya sebagai tolak ukur kesempurnaan yang ia tahu dalam pengetahuannya yang terbatas"
Sumber : Panaturan, MBA-HK 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar